Skip to main content

Covid-19 adalah salah satu penyakit yang paling ditakuti saat ini karena penyebarannya yang sangat cepat meskipun kasus kematian yang akibat virus ini tergolong tidak terlalu tinggi.

Meski demikian, efek penyakit ini tentu tidak bisa dianggap ringan. Betapa tidak, orang yang teridentifikasi positif Covid-19 tidak hanya harus segera diobati, tapi juga perlu di isolasi hingga dinyatakan negatif.

Isolasi dapat membuat seseorang merasa terpuruk dan kesepian. Kondisi tersebut, sudah pasti turut berperan menurunkan imun tubuh. Padahal, imun tubuh yang kuat adalah kunci untuk sembuh dari Covid-19.

Kondisi ini sering kali semakin diperparah oleh faktor-faktor lain seperti, faktor ekonomi misalnya. Seorang penderita Covid yang sekaligus berperan sebagai tulang punggung keluarga, sudah pasti akan mengalami beban pikiran yang berat. Karena isolasi membuat mereka tidak bisa mencari nafkah untuk keluarga.

Jika merasa terpuruk dan kesepian saja bisa menurunkan imun tubuh, maka beban pikiran sudah pasti akan memberikan dampak yang lebih parah. Itulah sebabnya mengapa ‘ketenangan’ sangat dibutuhkan jika ingin sembuh atau terhindar dari penyakit.

Seperti yang dikatakan oleh Ibnu Sina, “Panik adalah setengah penyakit, tenang adalah setengah obat, dan kesabaran adalah langkah awal menuju kesembuhan”. Karena itulah, kita harus pandai-pandai menenangkan pikiran.

Penderita Covid-19 di Indonesia

Covid-19 di Indonesia sampai pada puncaknya di bulan Juli 2021. Di mana kasusnya menyentuh angka 48.821 kasus. Wabah virus Corona yang semakin mengganas membuat semua pihak merasa khawatir.

Peningkatan kasus covid-19 di Indonesia yang tak terbendung akhirnya memaksa pemerintah untuk menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

Meski banyak menuai penolakan namun PPKM berdampak positif dengan menurunnya jumlah kasus di seluruh Indonesia. Tercatat, kasus Covid-19 di Indonesia terus mengalami tren penurunan hingga tersisa 17.384 kasus pada tanggal 16 Agustus 2021.

Jumlah kasus yang berdasarkan statistik tersebut tentu lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah kasus yang sebenarnya di lapangan. Pasalnya, masih banyak masyarakat yang takut memeriksakan diri ke Puskesmas atau pusat pelayanan kesehatan seperti RS. Alasannya tentu bermacam-macam. Ada yang beralasan takut ke RS karena tidak ingin “dicovidkan,” dan ada pula yang lebih memilih langsung isolasi mandiri (isoman) di rumah ketika mengalami gejala.

Bagaimana Virus Corona Menyebar?

Sebuah virus baru yang disebut Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) diidentifikasi sebagai penyebab wabah penyakit yang penyebarannya dimulai dari China pada akhir tahun 2019 lalu.

Penyakit tersebut kini lebih dikenal dengan sebutan coronavirus 2019 atau yang disingkat “Covid-19.” Pada Maret 2020, organisasi kesehatan dunia (WHO) menyatakan Covid-19 sebagai pandemi.

Bagaimana dalam waktu yang begitu singkat, Covid-19 dinyatakan sebagai pandemi?

Hal ini tidak lepas dari kemampuan virus ini menyebar dari tiap individu ke individu lainnya. Dilansir dari situs WHO, virus SARS-CoV-2 dapat menyebar dari mulut atau hidung orang yang terinfeksi–melalui partikel cairan kecil (droplet) yang keluar ketika penderita batuk, bersin, berbicara, atau bahkan bernafas.

Partikel yang dimaksud dapat berupa tetesan air liur/pernapasan serta aerosol. Menurut penelitian yang dipublikasikan pada jurnal preprint medRxiv, partikel aerosol tidak hanya dapat bertahan hingga 3 jam di udara tapi juga bisa dengan mudah menembus lapisan kain.

Karena virus corona yang menyebar melalui partikel aerosol bisa melayang-layang di udara dan terbang ke seluruh penjuru ruangan maka, kita diminta untuk senantiasa menjaga jarak dengan orang lain dan tidak berada satu ruangan dengan penderita Covid-19.

Membaca Al-quran untuk Menaikkan Imunitas

Selain berikhtiar dengan melakukan berbagai saran ahli kesehatan, mencegah tertular covid-19 juga bisa dilakukan dengan membaca atau mendengarkan bacaan Al-quran.

Bagaimana membaca Alquran atau mengaji bisa membantu mencegah tertular penyakit?

Seperti perkataan Ibnu Sina yang telah kami sampaikan di atas, “tenang adalah setengah dari obat.” Maka, menemukan sumber ketenangan itu sangat penting.

Allah telah menyebutkan bahwa, sumber ketenangan jiwa adalah mengingat Allah–seperti yang tercantum pada surat Ar Ra’d ayat 28.

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

Artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”

Secara khusus Allah menyebut ‘Alquran’ sebagai obat (dalam arti luas) pada surah Al-isra ayat 82.

وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْاٰنِ مَا هُوَ شِفَاۤءٌ وَّرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِيْنَۙ وَلَا يَزِيْدُ الظّٰلِمِيْنَ اِلَّا خَسَارًا

Artinya “Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zalim (Al-Qur’an itu) hanya akan menambah kerugian.

Mengingat Allah, tidak hanya sekadar berdzikir atau membaca tahlil, tahmid, hingga takbir, karena mendirikan shalat, ngaji atau membaca serta mendengarkan ayat-ayat suci Alquran, berdoa, bersedekah, dan melakukan berbagai macam ibadah lainnya juga termasuk cara mendekatkan diri kepada-Nya. Singkatnya, beribadah secara total dapat diartikan sebagai mengingat Allah.

Dan, yang termasuk ke dalam mendekatkan diri kepada Allah adalah, membangun keikhlasan dan menanamkan prasangka baik. Dengan hati yang ikhlas dalam setiap tindakan maupun ucapan serta prasangka yang baik kepada Allah, akan menghadirkan perasaan tenang pada jiwa kita.

Ada banyak penelitian yang telah membuktikan bahwa ngaji bisa bisa menaikkan imunitas. Berikut adalah beberapa contoh penelitian yang telah menunjukkan bahwa membaca Alquran, secara signifikan bisa membantu mengurangi kecemasan.

  1. Studi oleh Masoumy dkk. Studi ini menunjukkan bahwa, mendengarkan pembacaan Al-quran bisa memberikan perasaan tenang yang jauh lebih signifikan daripada mendengarkan musik.
  2. Studi oleh Aghamohammadi. Dalam studi tersebut ditemukan bahwa, atlet yang mendengarkan bacaan Alquran memiliki tingkat kecemasan yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok yang tidak mendengarkan Alquran.
  3. Studi oleh Khatooni. Studi yang dilakukan oleh Khatooni menunjukkan bahwa, memperdengarkan bacaan Alquran kepada pasien rawat inap di unit gawat darurat (UGD) memiliki efek yang positif dan bisa mengurangi tingkat kecemasan pasien. Studi lain yang dilakukan oleh Najafi menunjukkan bahwa, mendengarkan Alquran sambil menghirup aromaterapi lavender dapat membantu mengurangi kecemasan pada pasien penderita infark miokard.

Selain studi tersebut, tentu masih banyak studi-studi lainnya yang telah membuktikan bahwa mengaji bisa membantu meningkatkan imun tubuh.

Selain manfaat tersebut, berikut adalah manfaat mengaji lainnya:

  • Membantu menurunkan tingkat stres
  • Menstabilkan tekanan darah dan detak jantung
  • Membantu memusnahkan sel-sel kanker
  • Membantu meningkatkan fokus dan konsentrasi, serta
  • Dapat menjadi sumber nutrisi bagi otak

Tips Membaca Al-quran Agar Manfaatnya Lebih Maksimal

Allah melalui FirmanNya di dalam Al Quran memerintahkan kita untuk membaca Alquran dengan tartil.

وَرَتِّلِ الْقُرْءَانَ تَرْتِيْلاً

Artinya “Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan tartil.” (Al-Muzammil: 4)

Mengapa kita harus membaca Alquran dengan tartil dan apa yang dimaksud dengan bacaan yang tartil tersebut?

Menurut Ibnu Katsir melalui tafsirnya, arti tartil adalah membaca Alquran sesuai dengan hukum tajwid. Menurut bahasa, tartil dapat diartikan sebagai, membaca secara perlahan. Seperti yang tertuang di dalam hadits riwayat Ahmad dan Ibnu Hibban berikut ini.

مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَقْرَأَ الْقُرْآنَ غَضاًّ كَمَا أُنْزِلَ فَلْيَقْرَأَهُ عَلَى قِرَاءَةِ ابْنِ أُمِّ عَبْدٍ

Artinya: “Siapa yang ingin membaca Al-quran dengan pelan sebagaimana ketika dia diturunkan, hendaknya dia membacanya sebagaimana cara membacanya Ibnu Mas’ud.” HR. Ahmad (36), Ibnu Hibban (7066).

Menurut keterangan, cara Ibnu Mas’ud r.a membaca Alquran adalah dengan ‘ghaddan,’ yang dapat diartikan sebagai cara membaca yang menyentuh dan dengan memenuhi semua hak huruf-hurufnya (yaitu dibaca jelas).

Jadi, bisa disimpulkan bahwa bacaan Alquran yang tartil adalah, membaca semua huruf dengan makhraj yang benar, membaca dengan jelas, berhenti di tempat yang benar, membaca semua harokat dengan tepat, membaca hingga (sekurang-kurangnya) dapat terdengar oleh telinga sendiri, dapat meresap ke dalam hati, serta dibaca dengan suara yang indah.

Selain dengan cara dibaca, Alquran juga akan memberikan ketenangan bagi siapapun yang mempelajarinya. Hal ini sesuai dengan hadits dari Abu Hurairah r.a berikut ini,

وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ، وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ، إلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ، وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ

Tidaklah suatu kaum berkumpul dalam salah satu rumah dari rumah-rumah Allah (masjid) untuk membaca Al-Qur’an dan mempelajarinya, kecuali akan diturunkan kepada mereka ketenangan, dan mereka dilingkupi rahmat Allah, para malaikat akan mengelilingi mereka dan Allah akan menyebut-nyebut mereka di hadapan makhluk-Nya yang berada didekat-Nya (para malaikat).” (HR. Muslim)

Wallahu’alam…

Leave a Reply